Kaidahkebahasaan adalah aturan-aturan yang digunakan dalam membentuk kata dan kalimat sebagai ciri ataupun pembeda dengan jenis teks lainnya. Kaidah kebahasaan yang terdapat pada novel sejarah adalah sebagai berikut. Menggunakan kalimat bermasa lampau, seperti ketika itu. Kata-kata tindakan (verba material), seperti membaca. AYOINDONESIACOM-- Berikut ini kunci jawaban Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 kelas 12 SMA/MA semester 1 halaman 63 tentang Menganalisa Kebahasaan Teks Cerita Novel Sejarah. Artikel ini dibuat guna membantu siswa SMA/MA kelas 12 dalam memahami materi dan menyelesaikan soal-soal pelajaran. Pada pembahasan kali ini, siswa akan belajar mengenai "Menganalisa Kebahasaan Teks Cerita Novel Sejarah Novelini sangatlah bagus bagi para pelajar yang mendapat kemudahan ekonomi dalam menggapai pendidikan juga bagi para pendidik dan pemerintah yang memiliki kemajuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, karena novel ini meiliki banyak peszn moral, pendidikan, dan social yang sangat bagus. SUMBER. Buku novel Laskar Pelangi karangan ANDREA HIRATA JAWABANLENGKAP. BUKTI HALAMAN. 1. TEMA. 5%. Tema yang terkandung dalam novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi adalah pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dari latar tempat yakni di pesantren dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. 2. TOKOH & PERWATAKAN. Novelyang digunakan dalam penelitian ini, adalah novel 5cm karya Donny Dhirgantoro. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 200 unsur serapan dari beberapa bahasa seperti bahasa Inggris (167 istilah), Belanda (5 istilah), Jawa (4 istilah), Sansekerta (2 istilah), dan Arab (22 istilah). SinopsisDidalam Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Lima sahabat ini telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Suatu ketika mereka jenuh akan aktivitas yang selalu mereka lakukan bersama. 4Fro. Resensi Novel 5 Cm Oleh adminDiposting pada 1 September 2022 Hal pertama yang dilakukan seseorang sebelum membeli sebuah novel adalah melihat sinopsis, resensi atau ringkasan dari keseluruhan cerita. Salah satu contohnya adalah membaca resensi novel 5 Cm. Identitas Buku Baca […] Memahami dan menulis novel supaya bisa mendalam dan bagus harus juga memahami unsur kebahasaan novel, karena ini hal utama seorang novelis. Sebelumnya, kita sudah membahas tentang 10 Cara Menulis yang Benar, silakan dalami disana ya sebeleum lanjut. Jika memiliki ketertarikan untuk menulis novel maka penting sekali untuk mempelajari tentang unsur kebahasaan novel. Sebab novel termasuk jenis karya sastra yang kebahasaannya sangat khas sehingga berbeda dengan karya sastra lainnya. Penulis novel yang selanjutnya disebut novelis memiliki kebebasan untuk menggunakan bahasa apapun yang dikuasainya. Selanjutnya bisa menulis isi cerita sesuai dengan bentuk novel pada umumnya. Yakni ada banyak dialog kemudian ada banyak paragraf penjelas. Meskipun tidak terikat oleh jumlah kata, bentuk baris atau bait, dan semacamnya. Namun, novel memiliki ikatan dalam hal unsur kebahasaan. Sehingga untuk menjadi novelis yang karyanya diakui kualitasnya perlu menguasai unsur kebahasaan tersebut. Daftar Isi Artikel 1Kaidah Kebahasaan NovelUnsur Kebahasaan Novel1. Penggunaan Kalimat Langsung2. Penggunaan Kalimat Tidak Langsung3. Kalimat Lampau4. Verbal Material5. Verbal Mental6. Konjungsi Temporal7. Kata Sifat Kaidah Kebahasaan Novel Sebelum mengetahui apa saja unsur kebahasaan novel, maka bisa membahas dulu pengertian novel dan kaidah kebahasaannya. Novel secara umum merupakan karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya. Pada novel juga menceritakan detail watak dari tokoh utama yang kisah hidupnya diceritakan dari awal sampai akhir. Sampai watak atau karakter dari tokoh lain yang ada di sekitar kehidupan tokoh utama tersebut. Novel kemudian disusun dengan gaya bercerita yang khas sesuai dengan karakter dari novelisnya sendiri. Sehingga saat membaca novel karya A maka akan mengenal ciri khasnya yang kemudian ditemukan juga pada karya novel lain dari si A tadi. Novel kemudian disusun dalam bentuk bab per bab, satu judul novel oleh penulisnya disusun menjadi beberapa bab. Tidak sedikit juga novel yang dibuat menjadi dua buku, tiba buku, dan seterusnya. Seperti novel Twilight yang dibuat menjadi 4 buku, dimana buku bagian terakhir dipecah lagi menjadi dua buku. Bagi novelis yang memiliki ide cerita yang dijabarkan cukup panjang dan menceritakan kisah hidup tokoh dari usia berapa sampai berapa. Apa kendalamu saat menulis buku? Maka bisa dibuat beberapa jilid seperti ini. Tidak hanya Twilight, ada juga Harry Potter yang tokohnya diceritakan sejak berusia 10 tahun sampai memasuki usia dewasa. Sehingga tidak ada batasan bagi novelis untuk menceritakan kisah hidup tokoh sampai mana. Mengenai kaidah kebahasaan, novelis juga memiliki kebebasan menulis cerita novel menggunakan bahasa apa. Novelis di Indonesia juga sering terlihat menulis novel dengan bahasa yang dicampur. Misalnya antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah, seperti bahasa Jawa. Penyusunan kalimat pada novel juga tidak memiliki ikatan. Namun secara umum berbentuk paragraf yang menjelaskan peristiwa yang dialami tokoh, bagaimana novelis menggambarkan perasaan tokoh, dan lain sebagainya. Kemudian disusul dengan dialog. Sehingga saat membaca novel, pembaca bisa menemukan banyak bagian yang terdiri dari dialog. Justru hal ini menjadi daya tariknya, karena jika novel hanya berbentuk paragraf dijamin tidak terasa hidup dan tidak terasa nyata. Panduan Expert Menulis Novel Sampai Terbit penulis sudah unduh dan baca e-book Panduan Menulis Novel ini! Untuk jenis dan ciri-ciri lainnya, silakan baca jenis dan ciri novel. Unsur Kebahasaan Novel Membangun sebuah novel, penulis perlu menambahkan unsur kebahasaan di dalamnya yang menjadi ciri khas dari novel itu sendiri. Unsur kebahasaan di dalam novel totalnya ada 7 tujuh yang semua bisa digunakan oleh penulis, bisa juga memilih beberapa unsur saja. Adapun tujuh unsur kebahasaan novel yang dimaksudkan adalah sebagai berikut 1. Penggunaan Kalimat Langsung Unsur kebahasaan yang pertama dari sebuah novel adalah penggunaan kalimat langsung. Kalimat langsung merupakan kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran yang disampaikan oleh orang lain. Unsur ini kemudian berhubungan dengan ciri khas novel yang memiliki banyak dialog, bahkan dari halaman pertama sampai akhir. Penulis novel atau novelis bisa menggunakan kalimat langsung untuk membangun dialog tersebut. Dimulai dengan menyebutkan nama tokoh yang berbicara, kemudian menuliskan ucapan tokoh tersebut yang diapit dengan tanda petik dua. Sehingga selalu diikuti oleh kata mengatakan, menjelaskan, menyampaikan, dan sejenisnya. Contoh Kalimat Langsung Berikut adalah contoh penggunaan kalimat langsung yang umum ditambahkan saat menulis novel Fuad mengatakan, “Aku menyukai Rani, tapi bingung bagaimana menyampaikan perasaan ini padanya”. Pada contoh ini ada penyebutan nama tokoh yakni Fuad dan disusul dengan kata mengatakan. Baru kemudian disusul oleh ucapan yang disampaikan oleh tokoh bernama Fuad tersebut. Rini berkata, “Aku akan pergi ke pasar, saat ada telepon bilang untuk menelpon lagi nanti!”. Pada contoh ini juga sama, ada penyebutan nama tokoh di awal diikuti kata berkata dan disusul ucapan dari tokoh tersebut. 2. Penggunaan Kalimat Tidak Langsung Unsur kebahasaan novel yang kedua adalah penggunaan kalimat tidak langsung. Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang melaporkan atau memberitahukan perkataan orang lain dalam bentuk kalimat berita. Sama seperti kalimat langsung dari penjelasan sebelumnya, penggunaan unsur kebahasaan ini juga bertujuan untuk membangun dialog. Hanya saja dengan memakai bentuk kalimat tidak langsung. Kalimat tidak langsung juga umum digunakan untuk menyusun teks berita saat mencantumkan ucapan narasumber. Sehingga penyebutan nama tokoh ditempatkan di akhir kalimat berisi ucapan tokoh tersebut. Contoh Kalimat Tidak Langsung “Pagi-pagi aku akan naik kereta paling awal, sehingga bisa sampai Jakarta sebelum dzuhur.”, ucap Ika. Pada contoh tersebut, novelis menuliskan kalimat yang diucapkan oleh tokoh dengan mengapitnya memakai tanda petik dua. Kemudian diikuti kata ucap dan mencantumkan nama tokoh yang mengucapkannya. Kalimat ini disebut kalimat tidak langsung. 3. Kalimat Lampau Unsur kebahasaan selanjutnya di dalam novel adalah kalimat lampau, yang artinya menggunakan kalimat lampau. Apa itu kalimat lampau? Kalimat lampau adalah kalimat yang menyatakan peristiwa yang telah lewat atau terjadi di masa lalu. Baca juga Jenis dan Contoh Alur Cerita Baik itu peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu, terjadi kemarin, terjadi minggu lalu, atau beberapa dekade yang telah lewat. Unsur kebahasaan novel memang sering menggunakan kalimat masa lampau seperti ini. Contohnya Kalimat Lampau Ani mengerjakan tugas dari dosen minggu lalu, dan hari ini adalah presentasi pada tugas tersebut… Pada contoh tersebut adalah penggalan di dalam novel yang menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi minggu lalu. Sehingga merupakan bentuk kalimat lampau yang disajikan penulis lewat novelnya. 4. Verbal Material Unsur kebahasaan novel yang keempat adalah penggunaan kalimat yang mengandung verbal material. Verbal material adalah kata kerja berimbuhan yang mengacu pada tindakan fisik yang dapat dilihat secara nyata. Sehingga pengalaman yang dialami oleh tokoh utama maupun tokoh lain di sekitar tokoh utama dan bisa dilihat secara fisik atau kasatmata. Adalah bentuk dari kalimat yang menggunakan verbal material. Contoh Verba Material Supaya lebih mudah memahami apa yang dimaksud dengan verba material, maka berikut adalah beberapa contohnya Andin terharu melihat anaknya tampil sangat baik saat mengibarkan bendera Merah Putih. Pada contoh ini, dijelaskan bahwa tokoh yang bernama Andin melihat penampilan anaknya sedang mengibarkan bendera. Proses pengibaran bendera adalah hal lumrah yang dilakukan siswa sekolah di Indonesia. Sehingga termasuk verbal material karena proses ini bisa dilihat dan bahkan bisa dialami sendiri oleh pembaca novel. Sebab pengibaran bendera bukan kegiatan yang hanya dilakukan segelintir orang, melainkan bisa dilakukan siapa saja. Zafran sedang menceritakan pengalaman mereka saat mengikuti kegiatan kemping di Greenland Park. Pada contoh tersebut, dijelaskan bahwa tokoh bernama Zafran sedang menceritakan pengalaman kegiatan kemping. Kegiatan kemping adalah kegiatan yang banyak dilakukan orang. Sehingga siapa saja yang membaca dan mendengar pengalaman kemping tentu memiliki gambaran yang jelas. Misalnya mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan, bagaimana suasananya, dan lain sebagainya. 5. Verbal Mental Berikutnya adalah penggunaan verbal mental pada kalimat di dalam novel, sehingga termasuk unsur kebahasaan novel. Adapun yang dimaksud dengan verbal mental adalah verba atau kata kerja yang menjelaskan suatu persepsi, afeksi, dan kognisi. Persepsi disini misalnya menjelaskan tentang penilaian terhadap apa yang dirasakan, apa yang dilihat, dan lain-lain. Sifatnya subjektif, sehingga persepsi ini bisa berbeda antara satu tokoh dengan tokoh lain yang diceritakan novelis. Sedangkan, afeksi adalah salah satu istilah psikologi yang menggambarkan perasaan yang dialami seseorang seorang tokoh terhadap peristiwa atau sesuatu yang dilihatnya secara langsung. Misalnya punya rasa suka, khawatir, takut, dan lain-lain. Kemudian untuk kognisi di dalam verbal mental adalah proses mental yang terjadi saat seseorang berpikir tentang sesuatu atau seseorang. Sehingga novelis sering menggambarkan penilaian kognisi dari tokoh yang diciptakannya. Contoh Verba Material Seperti membangun tokoh yang memahami keadaan tokoh lainnya, proses tokoh memikirkan suatu hal yang dialaminya, dan lain sebagainya. Berikut adalah beberapa contoh verbal mental pada novel Pekerjaan bu Darmi adalah berjualan kue lupis, sebuah kue tradisional yang disajikan dengan parutan kelapa muda dan kuah gula aren. Meskipun proses pembuatannya panjang, bu Darmi ikhlas harga kuenya sebungkus hanya Rp perak saja. Ariel merupakan salah satu siswa di SMA 1 Harapan Bangsa Jakarta. Sosoknya dikenal luas di sekolah karena posisinya sebagai Ketua OSIS. Tak hanya itu saja, secara fisik Ariel juga terbilang tampan. Tidak heran jika banyak siswi yang mengejar dirinya. 6. Konjungsi Temporal Unsur kebahasaan selanjutnya adalah konjungsi temporal, yaitu kata hubung yang menerangkan hubungan waktu antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya di dalam cerita yang dibangun pada novel. Sehingga konjungsi temporal secara sederhana adalah kata hubung yang menjelaskan keterangan waktu. Jika menjumpai kalimat atau dialog pada novel yang menggunakan kata hubung yang menunjukan waktu, maka memenuhi unsur konjungsi temporal. Contoh Kata Hubung Temporal Kata hubung yang termasuk konjungsi temporal ini sangat banyak. Misalnya kata apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sampai, sedari, setelah, sebelum, sejak, selama, semenjak, sementara, seraya, setelah, sesudah, tatkala, waktu, dan sebagainya. Berikut contohnya Ucapan Rial membuat Rianti sedih, sehingga dirinya berdiam di kamar sambil memeluk bantal. sejak pagi tadi, Ari hanya mengurung diri di kamar setelah pengumuman rekrutmen karyawan memutuskannya gagal di tes wawancara. 7. Kata Sifat Unsur kebahasaan novel yang terakhir adalah kata sifat, yaitu kelas kata yang mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Contoh Kata Sifat Kata sifat jenisnya banyak dan digunakan untuk menjelaskan mengenai kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Berikut contohnya Jarak kota Solo dan Jakarta terbilang jauh sehingga perlu persiapan bagi Ardi untuk melakukan perjalanan kali ini. kata jauh merupakan kata sifat yang menjelaskan jarak yang tidak dekat. Rani di kelas dikenal pendiam sekaligus cerdas. kata cerdas digunakan untuk menjelaskan Rani yang pintar di kelasnya. Melalui penjelasan unsur kebahasaan novel di atas, maka kini bisa tahu apa saja unsur kebahasaan yang perlu dicantumkan. Sehingga bisa menulis novel dengan lebih mudah dengan unsur-unsur yang tepat sesuai penjelasan tersebut. Baca juga artikel terkait menulis novel lainnya berikut. [GRATIS] Panduan Menulis Novel Bagi Pemula PDF Menulis Novel Hub Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai belaka. Yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola – pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi social, sedang novel hiburan Cuma berfungsi personal. Novel berfungsi social lantaran novel yang baik ikut membina orang tua masyarakat menjadi manusia. Sedang novel hiburan tidak memperdulikan apakah cerita yang dihidangkan tidak membina manusia atau tidak, yang penting adalah bahwa novel memikat dan orang mau cepat–cepat membacanya. Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2017, diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku’. Novel juga bisa didefinisikan sebagai sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tentang tokoh- tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita” dan novel memiliki cerita yang lebih kompleks dari kebahasaan yang digunakan dalam teks novel adalah sebagai berikut 1. Berusaha menghidupkan perasaan atau menggugah emosi pembacanya. 2 Biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer. 3 Dipengaruhi oleh subjektivitas pengarangnya. 4 Bahasa bermakna denotatif yaitu makna sebenarnya juga konotatif, asosiatif yaitu makna tidak sebenarnya, ekspresif yaitu memberi bayangan suasana pribadi pengarang, sugestif yaitu bersifat mempengaruhi pembaca, dan plastis yaitu bersifat indah untuk menggugah perasaan pembaca. 5 Melibatkan gaya bahasa ironi atau sindirian, yang dikatakan kebalikan dari apa yang sebenarnya, contoh Lekas betul abang pulang baru saja sudah jam 1 malam. 6 Melibatkan gaya bahasa sinisme, sindiran yang lebih kasar dari ironi untuk mencemooh, contoh Bersih benar badanmu nak, kata ibu kepada anaknya yang baru main seharian. 7 Melibatkan gaya bahasa sarkasme, Sindiran yang sangat tajam dan kasar hingga kadang-kadang menyakitkan hati, contoh Enyah kau dari sini! Novel karya A. Fuadi ini berisi tentang kehidupan 5 anak di pesantren. Anda pasti penasaran bukan dengan isi ceritanya? Yuk, simak cerita ringkasnya dengan membaca resensi novel Negeri 5 Menara berikut ini. Identitas Buku Identitas BukuResensi Novel Negeri 5 MenaraTokoh Dan PenokohanKelebihan NovelKekurangan NovelSebarkan iniPosting terkait Kategori Keterangan Judul buku Negeri 5 Menara Penulis Ahmad Fuadi Penerbit PT Gramedia Pusat Utama Kota terbit Jakarta Tahun terbit 2009 Jumlah halaman XII + 423 halaman ISBN 978-979-22-4861-6 Ukuran buku x cm Harga buku Rp Baca Juga Resensi Novel 5 Cm Kisah pada novel berangkat dari lima orang sahabat yang mondok di pesantren, lalu saat dewasa mereka kembali dipertemukan. Uniknya, setelah pertemuan itu apa yang dibayangkan oleh mereka ketika menunggu kumandang adzan maghrib di bawah menara masjid terwujud. Tokoh utamanya adalah Ahmad Fuadi sebagai Alif. Pemuda yang lahir di Desa Bayur, Maninjau Sumatera Barat ini sangat diharapkan orang tuanya menjadi guru agama. Tentu ini adalah sebuah harapan yang baik, seorang ibu menginginkan anaknya menjadi orang terhormat di desanya. Alif mengenang kembali keinginan emaknya, beliau berkata, “Mempunyai anak sholeh dan berbakti adalah warisan yang tidak bisa terhitung nilainya, karena kelak dapat mendoakan orang tuanya setelah meninggal.” Namun, Alif memiliki cita-cita sendiri untuk merantau karena ia tidak ingin selamanya hidup di kampung halamannya. Ia ingin melihat bagaimana indahnya dunia luar dan bisa sukses layaknya tokoh-tokoh pada buku yang dibaca serta cerita teman-temannya. Faktanya, tidak mudah bagi Alif untuk mencapainya. Orang tuanya tetap menginginkan Alif tinggal di kampung menjadi guru agama. Berkat pamannya yang bernama mak Etek, Alif pun merantau ke Pondok Madani yang terletak di Gontor, Jawa Timur. Hari pertama di pondok tersebut, ia sangat terkesima dengan kalimat “Man jadda wajada” yang artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh, ia pasti bisa. Ia juga terheran-heran mendengar komentator sepakbola memakai bahasa Arab, santri mengigau dengan bahasa Inggris dan masih banyak hal lain yang membuatnya terkesan. Alif mengenal Raja Adnin Amas, Baso Ihlas Budiman, Atang Kuswandi, Dulmajid Monib dan Said Abdul Qodir. Kebiasaan lima sekawan itu unik, setiap menjelang maghrib di bawah menara masjid mereka memandang langit membayangkan impian masing-masing. Alif menyebut awan sebagai benua Amerika yang ingin dikunjungi setelah lulus. Hal yang sama juga terjadi pada teman-temannya yang melihat awan seolah-olah adalah negara Mesir, Arab Saudi dan benua Eropa. Setelah melalui lika-liku di pesantren, akhirnya usai lulus mereka bertemu lagi di London. Mereka bernostalgia dan telah membuktikan impian dan cita-cita yang dulu dilukis saat berdiri di bawah menara masjid. Belajar di pesantren memberi warna bagi kehidupan Alif. Ia sadar anggapannya selama ini salah tentang dunia pesantren yang konservatif, kampungan dan kuno. Di pesantren justru menjunjung tinggi kedisiplinan sehingga terbentuk santri-santri yang berkomitmen dan bertanggung jawab. Selain itu, para santri juga dilatih agar bermental baja dan tidak gampang menyerah. Rutinitas sebelum memasuki kelas adalah menyanjungkan “Man jadda wa jadda” sebagai kata-kata ajaib mereka. Tidak ada satu orang pun yang mengira Alif yang notabennya anak kampung bisa mewujudkan keinginannya bersekolah sekaligus bekerja di Amerika Serikat. Oleh karena itu, beranilah bermimpi setinggi mungkin. Tokoh Dan Penokohan Baca Juga Resensi Novel Perahu Kertas Alif Alif merupakan sosok pemuda yang patuh dan penurut. Namun, ia tidak konsisten dengan pilihannya. Baso Karakter Baso adalah agamis karena ingin memperdalam agama dan menjadi hafiz Al-Qur’an. Baso juga tipe orang yang peduli dengan sesama dan berbakti kepada orang tua. Raja Lubis Raja bersifat percaya diri, rajin dan senang berbagi. Said Said memiliki pemikiran yang dewasa namun kurang percaya diri. Dulmajid Karakter Dulmajid digambarkan sebagai seorang yang mandiri, suka belajar dan setia kawan. Atang Sifat Atang yang satu ini patut dicontoh karena selalu menepati janji. Ia juga humoris. Ada bagian yang menceritakan Atang mampu membuat para tamu terpingkal-pingkal dengan guyonan Sunda. Kelebihan Novel Baca Juga ;Resensi Novel Serena Novel sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-cita dan bersikap patuh kepada orang tua. Selain itu, novel juga mampu merubah pola pikir masyarakat mengenai kehidupan di pondok pesantren yang identik hanya belajar ilmu agama saja. Namun, faktanya mereka juga mempelajari bahasa Inggris, kesenian, bahasa Arab dan ilmu pengetahuan lainnya. Novel juga mengajarkan kepada semua orang untuk tidak meremehkan impian yang tinggi. Anda harus yakin bisa mewujudkannya dan harus tetap diiringi dengan doa. Kekurangan Novel Baca Juga Resensi Novel Laskar Pelangi Gambaran akhir perjalanan hidup sebagian tokoh-tokohnya kurang jelas. Begitu pula dengan nama-nama tokohnya. Sungguh luar biasa, hanya dari resensi novel Negeri 5 Menara saja sudah bisa membayangkan betapa bagus jalan ceritanya. Terlebih banyak pelajaran hidup yang bermanfaat bagi masyarakat. Jika membaca cerita secara keseluruhan tentu akan menemukan berbagai makna lebih dalam. Bacalah teks resensi berikut! Judul Buku 5 cm Pengarang Buku Donny Dhirgantoro Penerbit Buku Grasindo Tahun Terbit 2007 Ketebalan 381 halaman Novel 5 cm ini menceritakan lima remaja yang menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Kelima remaja tersebut yaitu Arial, Zafran, Rani, Ian, dan Genta. Mereka merupakan sahabat yang kompak. Sampai pada akhirnya Genta mengusulkan untuk tidak bertemu dan berkomunikasi selama tiga buian. Dalam kurun waktu tiga bulan, mereka ditempa oleh peristiwa-peristiwa yang baru. Sejak ilulah, hati mereka menjadi lebih kaya daripada sebelumnya. Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kerinduan akhirnya terjadi. Kemudian pertemuan tersebut dirayakan dengan sebuah petualangan. Disadur dari diunduh 16 Juli 2017 Unsur kebahasaan yang terdapat dalam kutipan resensi tersebut adalah ...

kaidah kebahasaan novel 5 cm